Dampak Kebijakan Moneter Global dan Inflasi terhadap Pasar Modal Indonesia
Inflasi global, khususnya di sektor energi dan jasa, terus menjadi fokus utama dalam kebijakan ekonomi dunia. Meskipun terjadi penurunan inflasi di beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Eropa, inflasi inti yang tidak memperhitungkan harga energi dan pangan tetap menjadi tantangan. Di Amerika Serikat, inflasi inti masih berada di atas target 2%, yang menunjukkan bahwa biaya di sektor-sektor penting seperti perumahan dan jasa terus memberikan tekanan. Di Eropa, situasi serupa terjadi, meskipun Bank Sentral Eropa (ECB) telah mulai melonggarkan kebijakan moneternya dengan pemotongan suku bunga, sektor jasa tetap menyumbang tingkat inflasi yang tinggi. Hal ini menciptakan ketidakpastian mengenai kapan inflasi dapat sepenuhnya dikendalikan, sehingga menambah kerumitan bagi para pembuat kebijakan dalam menentukan arah kebijakan moneter di masa depan.
Dinamika inflasi global dan kebijakan moneter di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Eropa, memang memberikan dampak yang signifikan terhadap pasar modal Indonesia. Saat inflasi di negara-negara maju tetap tinggi, bank sentral seperti Federal Reserve (the Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB) biasanya memilih kebijakan moneter ketat, misalnya dengan menaikkan suku bunga untuk meredam kenaikan harga. Kenaikan suku bunga ini menarik investor global ke aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi di negara maju, karena mereka dianggap lebih aman. Situasi ini sering kali menyebabkan arus keluar modal dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kinerja pasar modal Indonesia. Ketika modal asing ditarik dari pasar Indonesia, volatilitas pasar meningkat dan dapat menekan nilai tukar rupiah. Penarikan modal ini terutama dirasakan pada instrumen berdenominasi rupiah, seperti saham dan obligasi, yang kehilangan daya tariknya bagi investor asing saat ada peluang keuntungan yang lebih besar di negara maju. Selain itu, penurunan nilai tukar rupiah juga menambah tekanan inflasi impor, yang selanjutnya meningkatkan biaya bagi perusahaan yang bergantung pada barang impor, sehingga memperburuk kondisi ekonomi domestik.
Namun, apabila kebijakan moneter di negara maju mulai dilonggarkan, seperti yang telah mulai dilakukan oleh ECB dengan penurunan suku bunga, potensi aliran modal asing kembali ke pasar Indonesia meningkat. Penurunan inflasi global, terutama di sektor energi, juga berkontribusi dalam menurunkan tekanan inflasi domestik. Hal ini memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menjaga suku bunga tetap stabil atau bahkan menurunkannya guna mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
Comments :