Seminar bertajuk “Strengthening Integrity and Sustainability: Innovations in Fraud Detection and ESG Disclosure”, yang berlangsung pada Sabtu, 5 Juli 2025, menghadirkan dua narasumber profesional dengan kepakaran di bidang forensik dan keberlanjutan. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memperkaya wawasan akademik dan profesional terkait isu-isu strategis dalam dunia akuntansi dan keuangan. Acara dipandu oleh Ibu Tri Hapsari, SE, M.Ak., yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Ikatan Alumni Magister Akuntansi BINUS. Dalam perannya sebagai moderator, Ibu Tri membuka dan mengarahkan jalannya diskusi secara ringkas dan terstruktur, menjaga kesinambungan antar sesi serta mendorong interaksi yang bermakna antara peserta dan narasumber.

Narasumber pertama adalah Bp.Stevanus Alexander B. P. Sianturi, M.ForAccy., CPA (Ind.), CA, CFE, ASEAN CPA, QIA, CACP, yang merupakan Partner di EY Forensics Indonesia dan Board Member ACFE Indonesia Chapter. Dalam paparannya berjudul “Fostering a Proactive Approach: How Technology Can Help for Better Fraud Prevention and Detection”, beliau menjelaskan bahwa upaya pencegahan kecurangan perlu dilakukan secara proaktif, dengan memanfaatkan teknologi seperti artificial intelligence, machine learning, blockchain, dan sistem biometrik. Selain itu juga ditekankan pentingnya deteksi anomali transaksi secara real time dan perlunya integrasi antara alat teknologi dan budaya integritas organisasi. Bp.  Stevanus juga menguraikan berbagai alat dan platform yang dapat membantu organisasi dalam mendeteksi dan mencegah fraud, serta pentingnya komitmen manajemen dan edukasi etika bisnis.

Sesi berikutnya disampaikan oleh Ibu Ni Nyoman Sri Amandari, Business Development and Advisory Manager Grant Thornton Indonesia, dengan topik “Measuring Impact, Building Trust: Tools and Standards in ESG Reporting”. Dalam presentasi tersebut, Ibu Amandari membahas pentingnya pengukuran dampak dan transparansi dalam pelaporan ESG sebagai bagian dari strategi keberlanjutan perusahaan. Beliau memperkenalkan berbagai standar dan kerangka pelaporan internasional seperti GRI, SASB/ISSB, TCFD, dan EU CSRD, serta alat ukur seperti GHG Protocol dan governance scorecards. Selain itu juga disampaikan studi kasus dari praktik keberlanjutan di perusahaan nasional dan internasional, serta menyoroti risiko greenwashing yang dapat merusak kredibilitas laporan ESG.

Secara keseluruhan, seminar ini memberikan wawasan yang kuat mengenai bagaimana integritas dan keberlanjutan dapat diperkuat melalui inovasi teknologi dan pelaporan yang bertanggung jawab. Kedua narasumber menegaskan bahwa di tengah meningkatnya ekspektasi pemangku kepentingan, organisasi perlu mengembangkan sistem tata kelola yang adaptif, transparan, dan berbasis data untuk membangun kepercayaan dan ketahanan jangka panjang.