Maksi Binus bekerja sama dengan Indonesia Financial Group (IFG), dengan menghadirkan Ibu Dewi Gayatri, Risk Oversight and Integrated Governance Committee IFG pada sesi Guest Lecturer, pada mata kuliah Risk Management and Risk Decision Analysis.

Ibu Dewi membawakan materi dengan judul Challenges Enterprise Risk Management (ERM) Implementation, BUMN Case.  Beliau memberikan paparan antara lain mengenai peranan BUMN sebagai value creator dan agent development, dengan tujuan long term sustainability.  BUMN itu sendiri sebagai entitas milik negara memiliki Akuntabilitas Publik dengan dampak sistemik terhadap Perekonomian Indonesia, memerlukan penerapan Manajemen Risiko yang bersifat menyeluruh dan komprehensif

BUMN memiliki kompleksitas dan ukuran yang beragam serta kekhasan industri masing-masing serta kekhasan industri masing-masing, serta tingkat kematangan manajemen risiko dengan kesenjangan yang cukup timpang.  Sehingga diperlukan keseragaman penatakelolaan manajemen risiko dalam bentuk peraturan yang secara kesisteman memberikan acuan dan landasan yang seragam dan terintegrasi baik pada proses maupun budaya.

Beberapa kasus yang disampaikan oleh Ibu Dewi terkait dengan Risk Management adalah:

  1. Restrukturisasi Penyelamatan Garuda Indonesia
  2.  Restrukturisasi Penyealamantan Jiwasraya

Three Line of Defense, terdiri dari:

  1. Built-in control oleh Risk Taking Units (risk owners) – 1st line of defense : Unit bisnis yang langsung mengidentifikasi dan mengelola risiko dalam proses bisnis
  2. Control dan check & balance machanism oleh independent risk managemen & compliance units sebagai 2nd line of defense; unit yang mengukur, memantau dan mengendalikan risiko secara agregat, mengembangkan metodologi dan kebijakan.
  3. independent assurance unit sebagai 3rd line of defense; unit yang memastikan risk governance dan pengendalian risiko diterapkan secara efektir.

Seluruh jenjang pertahanan (line of defense) bekerja secara bersama-sama menjalankan fungsi combined assurance untuk membangun manajemen resiko dan fungsi kepatuhan yang efektif.

Sebuah organisasi perlu membangun risk culture:

  1. Investasi dalam pelatihan, pengembangan program, dan teknologi untuk mengelola risiko
  2. Membangun kesadaran serta proaktif dalam mengkomunikasin dan menerapkan manajemen risiko.
  3. Menerapkan menajemen risiko yang konsisten di seluruh organisasi, membangun sistem pengawasan dan pencatatan, serta rutin dalam melakukan identifikasi potensi risiko.
  4. Membangun sistem komunikasi yang cepat dan akurat dalam mengidentifikasi dan ekskalasi potensi risiko
  5. Perusahaan harus secara rutin melakukan reivew relevansi pengelolaan manajemen risiko saat ini dan kebutuhan kedepan.

Risiko itu sendiri pada dasarnya, terkait dengan sasaran, ketidapastian, risiko sekaligus peluang.