Herding behavior mengacu pada fenomena dimana individu mengikuti perilaku sekelompok orang dengan berasumsi bahwa orang-orang pada kelompok tersebut telah melakukan riset yang menjadi dasar dari tindakan mereka.  Insting untuk melakukan perilaku herding banyak terjadi pada segala aspek pada kehidupan bermasyarakat, termasuk pada sektor keuangan.  Investor menjalankan keputusan investor tidak berdasarkan pada analisis, namun lebih mengandalkan pada apa yang dilakukan oleh investor lainnya.  Perilaku herding dapat menyebabkan kondisi pasar bubble melalui aktivitas “panic buying” dan sebaliknya bisa menyebabkan market crash, melalui “panic selling”.

Keputusan investasi merupakan proses pemilihan dari berbagai alternatif investasi yang ada.  Pengambilan keputusan ini dipengaruhi oleh return dan expected return dari masing-masing alternatif investasi baik dimasa lalu maupun di masa yang akan datang.  Investor itu sendiri, dapat dibedakan menjadi investor yang bersifat rasional dan tidak rasional.  Investor yang rasional akan mendasarkan proses pengambilan keputusan investasi mereka pada pemikiran logis serta informasi mengenai prospek dari investasi.   Sementara investor yang tidak rasional mengambil keputusan lebih berdasarkan pada aspek psikologis yang menciptakan bias pada keputusan investasi

Pada pasar modal dimana investornya secara irational cenderung untuk melakukan herd behavior, maka harga saham tidak lagi merefleksikan nilai perusahaannya.  Perdagangan saham oleh karena itu lebih bersifat spekulatif.  Perilaku herding cenderung terjadi pada investor di pasar modal yang masih berkembang, terutama pada kondisi distress. Herding behavior terjadi ketika sekelompok investor mengambil keputusan investasi berdasarkan kumpulan informasi yang berasal dari kelompok investor lainnya dan mengabaikan informasi lainnya yang relevan.  Dengan demikian ketika kelompok utama mengambil keputusan yang salah, hal ini akan menyebabkan penyimpangan harga pasar yang cukup signifikan.  Bias herd mentality mengacu pada investor yang cenderung untuk mengikuti dan meniru apa yang dilakukan oleh investor lainnya.  Mereka lebih dipengaruhi oleh emosi dan insting, dibandingkan oleh analisis independen yang seharusnya mereka lakukan.

Berbagai riset mengenai terjadinya perilaku herding dilakukan di berbagai negara.  Kartini et al (2022) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor-faktor psikogis, salah satunya adalah mengenai herding behavior pada pasar modal Indonesia. Kartini menggunakan metode survey untuk membuktikan hipotesis bahwa herding behavior mempengaruhi keputusan investasi yang diambil investor.  Hasil yang diperoleh adalah pada pasar modal Indonesia,  herding behavior memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi.  Investor cenderung untuk mengandalkan informasi dari investor lainnya dibandingkan dengan informasi personal.  Investor akan bereaksi secara impulsif atau lebih mengandalkan pada perasaan ketika terjadi perubahan pada pilihan investasi orang lain. Mereka akan mengikuti pilihan orang lain, dibandingkan pada pilihan mereka sendiri. Mereka juga tidak terlalu memperhatikan prospek perusahaan, dan lebih mengandalkan pada pilihan orang lain pada pasar.

Komalasari, P.T., Asri, M., Purwanto, B.M., Setiyono, B. Herding behaviour in the capital market: What do we know and what is next? (2022) Management Review Quarterly, 72 (3), pp. 745-787. Source: Scopus.

Kartini, K., Nahda, K. Behavioral Biases on Investment Decision: A Case Study in Indonesia (2021) Journal of Asian Finance, Economics and Business, 8 (3), pp. 1231-1240. Source: Scopus.

<a href=”https://www.freepik.com/free-vector/bankruptcy-concept-flat-design_7474964.htm#query=herd%20behavior%20in%20capital%20market&position=25&from_view=search&track=robertav1_2_sidr”>Image by pikisuperstar</a> on Freepik