Dalam lingkungan usaha yang dinamis dan kompleks, strategi bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, khususnya yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan, akan berdampak positif pada kinerja keuangan nya.  Pasar keuangan memberikan perhatian khusus kepada nilai-nilai serta tanggung jawab etis dan sosial yang dilakukan perusahaan. Berbagai literatur telah membuktikan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik dapat dicapai melalui perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.

Sustainability dan CSR adalah merupakan dua konsep yang saling berkiatan.  CSR (Corporate Social Responsibility) memungkinkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) melalui 3 dimensi bisnis yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan.  Sustainable development ini terkait langsung dengan kepedulian pemangku kepentingan terhadap CSR perusahaan. Sustainable Development merupakan kemampuan untuk membuat pembangunan berkelanjutan dengan memastikan bahwa pemenuhan kebutuhan saat ini tidak mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Perusahaan harus bertanggung jawab atas dampak tindakan mereka terhadap masyarakat dan, khususnya, lingkungan. Perusahaan didorong untuk menjadi lebih transparan dan melaporkan kinerja sosial dan lingkungan mereka. Perusahaan mengungkapkan dampak aktivitas operasional melalui (Sustainable Report) laporan keberlanjutan, yang menggambarkan kinerja mereka, menekankan tiga aspek dari triple bottom line: masyarakat, ekonomi dan lingkungan.  Dalam perkembangannya, berbagai literatur menggunakan implementasi SDGs (Sustainable Development Goals) dari PBB pada strategi kegiatan operasional perusahaan, sebagai ukuran dari perilaku sustainable perusahaan.  SDGs merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia

Pada 25 September 2015, PBB menyetujui Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Agenda 2030 berisi 17 SDGs dan 169 negara target yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan semua orang, dan memastikan masa depan dunia. Sasaran-sasaran ini direncanakan untuk dicapai selama 15 tahun ke depan. PBB mengembangkan United Nations Global Compact, yang bertujuan memobilisasi perusahaan di seluruh dunia untuk terlibat dalam praktik yang bertanggung jawab. Komitmen ini telah membawa banyak perusahaan ke dalam kemitraan pembangunan berkelanjutan. Pada tahun 2018, lebih dari 9.500 perusahaan dari 145 negara telah menandatangani prakarsa ini. Pencapaian SDG membutuhkan kolaborasi global dari semua pemangku kepentingan: pemerintah, bisnis, akademisi, dan masyarakat. SDGs adalah panduan yang kuat bagi perusahaan untuk mengaplikasikannya pada strategi perusahaan, guna memastikan sustainability development. SDGs secara eksplisit mengutip peran penting bisnis dalam mencapai tujuan ini. Implementasi SDGs berarti issue keberlanjutan dimasukkan dalam strategi bisnis perusahaan. Pada tingkat operasional, setiap aktivitas organisasi/perusahaan dapat mengatasi masalah terkait keberlanjutan, mulai dari variasi teknologi hingga perubahan lingkungan perusahaan.

Implementasi SDGs dalam strategi bisnis berkontribusi untuk meningkatkan kinerja keuangan karena berbagai alasan, termasuk integrasi sistem yang meningkatkan pengambilan keputusan, pengelolaan sumber daya yang efisien, yang mengurangi biaya, output jangka panjang yang lebih baik, pengembangan produk bernilai tambah melalui inovasi dan keramahan sosial.  Berbagai penelitian kemudian membuktikan bahwa semakin tinggi kinerja lingkungan sebuah perusahaan (diukur dengan GRI dan ESG standard) maka akan semakin baik kinerja keuangannya (Gutiérrez 2023).  Berbagai penelitian kemudian mengaitkan variabel lainnya untuk menjelaskan hubungan antara SDG’s dengan kinerja keuangan perusahaan.

(Mahsina, 2023) mencoba untuk menganalisis bagaimana gender diversity mempengaruhi hubungan antara SDG’s (yang diukur dengan green innovation) dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil yang diperoleh antara lain adalah bahwa gender diversity berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, namun. Pengaruh dari gender diversity adalah negatif dan tidak signifikan terhadap hubungan SDG’s dengan kinerja keuangan perusahaan.  Sehingga, “green innovation” diangggap bukan merupakan faktor yang esensial pada hubungan gender diversity dengan kinerja keuangan perusahaan.

Meskipun perusahaan memiliki peranan penting dalam hal pencapaian tujuan SDGs, tidak bisa dipungkiri bahwa perusahaan-perusahaan tersebut mendapatkan tekanan institusional untuk meningkatkan aktivitas SDG’s mereka.  Namun, mengingat kompleksitas SDGs, tidak jelas apakah tekanan tersebut mengarahkan perusahaan untuk mengadopsi ke 17 dimensi SDGs, atau hanya hanya beberapa tujuan SDGs saja. Penelitian yang dilakukan oleh Galeazzo et.al mempertimbangkan tipe industri dan asal negara perusahaan sebagai sumber “tekanan institusional” yang mempengaruhi penerapan SDG di perusahaan. Dengan fokus penelitian pada the top 100 sustainable companies, diperoleh hasil a.l perhatian perusahaan lebih fokus pada pelaksanaan beberapa SDGs saja yaitu:  SDG 8 (pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi), SDG 12 (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dan SDG 13 (iklim)

Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa tekanan kelembagaan akan mendorong perusahaan untuk menerapkan SDGs pada strategi bisnisnya.  Sumber dari tekanan kelembagaan yang pertama adalah asal negara yang terbagi menjadi 2 yaitu developing dan developed countries.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa negara-negara berkembang justru lebih menerima ajakan bertindak SDGs daripada rekan-rekan mereka yang sudah maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah di negara-negara berkembang untuk mendorong perusahaan berpartisipasi dalam pembangunan keberlanjutan terkait inisiatif yang diberikan oleh negaranya seperti adanya reduksi pajak ataupun bentuk peraturan yang bersifat mandatory untuk melakukan investasi terkait SDG’s.

Jenis industri kemudian menjadi sumber tekanan institusional kedua bagi perusahaan untuk menerapkan SDGs. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi pertumbuhan eksponensial dalam permintaan terhadap perusahaan untuk mengurangi dampak kegiatan mereka terhadap lingkungan.

Dengan pemerintah dan masyarakat menjadi kurang toleran terhadap perusahaan-perusahaan berpolusi tinggi, maka industri yang mencatat tingkat polusi yang lebih tinggi akan mengungkapkan penerapan SDGs yang lebih luas untuk meningkatkan legitimasinya.  Tekanan institusional dari industri berpolusi tinggi berhubungan positif dengan luasnya penerapan SDG.

Lassala, C., Orero-Blat, M., Ribeiro-Navarrete, S. The financial performance of listed companies in pursuit of the Sustainable Development Goals (SDG)  Economic Research-Ekonomska Istrazivanja DOI 10.1080/1331677X.2021.1877167. Publisher Taylor and Francis Ltd. (2023)

Gutiérrez-Ponce, H. Sustainability as a strategy base in Spanish firms: Sustainability reports and performance on the sustainable development goals. Sustainable Development, . DOI: 10.1002/sd.2566. (2023)

Mahsina, Agustia, D. Does green innovation play an important role in the effect board gender diversity has on firm performance? Intangible Capital, 19 (2), pp. 146-164. 1DOI: 10.3926/IC. (2023)

Ambra Galeazzo  · Toloue Miandar  · Michela Carraro, SDGs in corporate responsibility reporting: a longitudinal investigation of institutional determinants and fnancial performance, Journal of Management and Governance https://doi.org/10.1007/s10997-023-09671-y, Springer. (2023)S

Image by <a href=”https://www.freepik.com/free-vector/gradient-sdg-infographic_26411362.htm#query=sdg&position=0&from_view=search&track=robertav1_2_sidr”>Freepik</a>