Pasar modal di berbagai negara terhempas dengan ambruknya dua bank besar AS, Silicon Valley Bank dan Signatrue Bank.  Kondisi ini terjadi di tengah-tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi, tingginya laju inflasi dan ancaman resesi, sehingga gejolak ini dikhawatirkan memicu krisis baru di sektor perbankan AS.

Silicon Valley Bank, yang berkantor pusat di Santa Clara, California, adalah bank yang mengkhususkan diri dalam pemberian pinjaman pada perusahaan teknologi.  Bank ini merasakan tekanan dari penurunan permintaan pinjaman karena perlambatan ekonomi, dakn akhirnya dilaporakan mengalami kebangkrutan pada bulan Februari 2023.  Sebagai hasilnya, banyak investor dan nasabah kehilangan uang mereka, dan harga saham tersebut jatuh tajam.  Sementara itu Signature Bank mengalami kebangkrutan karena turunnya nilai bursa kripto FTX milik Sam Fried, yang menyebabkan pengurangan dana kripto senilai USD 8 miliar.  Hal ini menyebabkan bank mengalami kekurangan dana yang signifikan dan harus ditutup oleh regulator, dua hari setelah Silicon Valey Bank mengalami hal serupa karena risiko sistemik yang sama.

Sebagai hasilnya, banyak investor dan nasabah kehilangan uang mereka, dan harga saham bank tersebut jatuh tajam.  Dampak dari kebangkrutan kedua bank ini terhadap pasar modal sangat signifikan.  Beberapa analis memperkirakan bahwa kejadian akan akan berdampak luas terhadap pasar modal, karena investor akan semakin waspada dan mungkin menarik investasi mereka dari perusahaan-perusahaan lain yang terkait dengan sektor perbankan.

Menurut laporan Reuters, peningkatan suku bungan yang agresif oleh The Fed diyakini menjadi faktor utama dalam kebangkrutan Silicon Valley Bank.  Hal ini juga membuat investor global khawatir terjadi kejadian serupa di masa depan, sehingga mereka mulai menarik dana dalam jumlah besar.  Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menganggap bahwa kolapsnya SVB dan Signature Bank dapat memicu terjadinya resesi global jika tidak segera ditangani.  Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, menyatakan bahwa meskipun pembukaan ekonomi China memberikan sedikit optimesme bagi perekonomian global, namun kolapsnya kedua bank tersebut dapat memicu terjadinya resesi global yang serius.

Sementara itu, Purbaya Yudhi Sadewa, ketua Dewan Komisioner Lembaga Panjamin Simpanan (LPS) memberikan tanggapan yang berbeda.  Runtuhnya SVB dan Signature Bank di AS tidak akan menyebabkan efek domino terhadap perbankan di Indonesia.  Hal ini disebabkan oleh karakteristik portofolio aset bank-bank di Indonesia yang tidak memiliki kesamaan dengan SVB, dimana SVB memiliki portofolio surat berharga yang sangat besar.  Selain itu, tingkat permodalan perbankan nasional masih sangat kuat dan mencapat 25.93% pada Januari 2023.  Selain itu, kondisi likuiditas perbankan di Indonesia juga dalam keadaan yang sangat memadai, dengan Alat likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada bulan Januari 2023 masing-masing sebesar 129.64% dan 29.13%.  Kedua nilai ini jauh di atas threshold dan mencapai sekitar dua setengah kali lipat dari nilai yang diharapkan.

Meskipun ada ketidakpastian di pasar global, otoritas perbankan Indonesia masih berusaha menjaga stabilitas keuangan dan perbankan dalam negeri agar terus tumbuh.  Keberhasilan ini dapat dicapai karena kebijakan perbankan yang baik dan upaya untuk menjaga permintaan domestik.  Di tengan tekanan eksternal dan potensi resesi di beberapa negara maju, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh dengan baik.  Pada tahun 2022, Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 5.31%.  Hal ini didukung oleh besarnya konsumsi domestik, yang membuat guncangan di tingkat global dapat diredam oleh ketahanan ekonomi domestik yang kuat.  Konsumsi domestik ini memberikan kontribusi sebesar 52.81% terhadap PDB di Kuartal IV-2022.

Sumber:

artikel detikfinance, “LPS Pastikan Bank Silicon Valley Bangkrut Nggak Ngaruh ke RI” https://finance.detik.com/moneter/d-6623061/lps-pastikan-bank-silicon-valley-bangkrut-nggak-ngaruh-ke-ri.

Bisnis.com  “Saham Keuangan Global Kehilangan Rp7.153,56 Triliun Dampak Silicon Valley Bank (SBV)”, https://market.bisnis.com/read/20230314/7/1637084/saham-keuangan-global-kehilangan-rp715356-triliun-dampak-silicon-valley-bank-sbv.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230316170345-82-926019/alasan-bank-bisa-bangkrut-seperti-silicon-valley-bank

https://bisnis.tempo.co/read/1703355/dampak-silicon-valley-bank-bangkrut-bagi-ekonomi-dunia-indonesia-jadi-korban

<ahref=”https://www.freepik.com/free-vector/people-near-bank-building_6974930.htm#query=Bank%20collaps&position=27&from_view=search&track=ais”>Image by pch.vector</a> on Freepik