Investor ritel, berbeda dengan investor institusi, memegang portofolio investasi sederhana dan menginvestasikan dana miliknya sendiri.  Mereka memiliki ketajaman investasi yang jauh lebih rendah dibandingkan investor institusional. Mereka cenderung untuk meragukan loyalitas dan ketidakberpihakan para profesional sekuritas dan pasar sekuritas.  Meskipun tersedia sejumlah besar produk investasi ritel (misalnya berupa instrumen ekuitas dan utang) seringkali investor ritel umumnya tidak mengetahui apa yang harus dipilih.

Menariknya, perilaku  investor ritel tidak selalu merupakan hasil evaluasi yang rasional seperti yang seharusnya di bawah domain keuangan tradisional. Sebaliknya, kadang-kadang, keputusan investasi mereka didorong oleh berbagai pertimbangan irasional, yang mengarah ke beberapa pilihan keuangan yang bias. Manifestasi absurd seperti itu termasuk dalam domain Behavioral Finance. Manifestasi irasional ini akan menghambat keputusan investor dalam berinvestasi. Selain itu, hambatan ini merupakan resistensi konsumen ritel terhadap investasinya. Investor Inertia merupakan suatu kondisi dimana investor merasa nyaman tidak melakukan apapun terhadap portofolio investasinya. Meskipun dihadapkan pada banyak pilihan, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dan mereka khawatir akan mengambil keputusan yang salah.

Perilaku untuk tidak melakukan apapun terhadap investasi yang returnnya sudah mulai menurun, dikenal dengan sebutan Anchoring Bias.  Penyimpangan atau perilaku bias ini terjadi ketika investor menetapkan standar angka terhadap suatu investasi berdasarkan harga beli awalnya. Sehingga apabila nilai investasi sudah mulai menurun, mereka percaya bahwa nilai investasi tersebut akan naik dan mereka tidak bersedia untuk menjualnya.  Manifestasi dari anchoring bias sejalan dengan kondisi “investor inertia”, dimana investor terpaku pada apa yang sudah terjadi sebelumnya dan tidak bersedia menerima informasi baru.  Sehingga meskipun harga baru sudah terus mengalami penurunan, investor cenderung untuk tidak bereaksi atau tidak melakukan cut loss.

Bentuk manifestasi dari perilaku bias lainnya yang juga cenderung menghasilkan perilaku investor yang tidak melakukan apapun pada keputusan investasinya adalah Loss AversionLoss Aversion merupakan bias perilaku investor dimana rasa sakit akibat kerugian yang dialami investor pada saat melakukan investasi lebih besar dibandingkan dengan keuntungan setara yang diperoleh dari investasi serupa.  Hal tersebut menyebabkan investor cenderung mempertahankan investasinya dan enggan melakukan perubahan pada proporsi investasinya. Dengan demikian akan semakin jarang keputusan investasi yang mereka ambil. Meskipun investasi sebaiknya tidak diterapkan untuk horizon waktu jangka pendek, namun, perilaku “status quo” tentunya sangat berbahaya terhadap nilai portofolio investor jika didasari oleh bias Loss Aversion dan Bias Anchoring yang sangat kuat.

Referensi:

Hagen, Johannes,,Malisa, Amedeus,Post, Thomas, 2023. Trading behavior of Swedish retirement investors during the COVID-19 pandemic, Review of Behavioral Finance, Open Access 2022.

Amos Tversky and Daniel Kahneman called Judgment under Uncertainty: Heuristics and Biases (Tversky & Kahneman, 1974).

Himanshu Seth, Shalini Talwar, Anuj Bhatia, Akanksha Saxena, Amandeep Dheer, 2020. Consumer resistance and inertia of retail investors: Development of the resistance adoption inertia continuance (RAIC) framework. Journal of Retailing and consumer services 55. Elsevier.

Heejeong Shin, Hyejeong Shin, Su-In Kim, 2019. The Market Sentiment Trend, Investor Inertia, and Post-Earnings Announcement Drift: Evidence from Korea’s Stock Market, Sustainability , 11(18), https://doi.org/10.3390/su11185137

Image by <a href=”https://www.freepik.com/free-vector/flat-design-bankruptcy-financial-recession_7534344.htm#query=loss%20aversion&position=26&from_view=search&track=ais”>Freepik</a>