Istilah contagion effect sangat populer pada sistem keuangan.  Contagion effect dapat dijelaskan sebagai situasi di mana guncangan ekonomi pada wilayah tertentu dapat menyebar dan memengaruhi wilayah lainnya. Efek penularan ini mengakibatkan penyebaran krisis lintas negara atau wilayah. Fenomena tersebut dapat terjadi baik di tingkat domestik maupun di tingkat internasional. Hal yang mendasari skenario ini adalah pergerakan harga di satu pasar merupakan hasil dari guncangan atau volatilitas di pasar lain.  Saling ketergantungan dan korelasi antar ekonomi disebabkan adanya arus informasi dan terkoneksinya pasar keuangan antar negara melalui sistem keuangan dan moneter masing-masing. Meskipun demikian, level dari efek penularan secara internasional dapat berbeda-beda disebabkan karena mungkin terdapat sejumlah faktor lain yang mengatur mekanisme perdagangan masing-masing negara.

Studi di level empiris memaparkan bahwa contagion effect terjadi pada beberapa peristiwa seperti: krisis keuangan Asia (Jeon, 2005), krisis Eropa (Ahmad et al, 2014), krisis keuangan global/real estate market crisis (Liow and Angela, 2017), maupun kontraksi ekonomi global yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.  Pasar cryptocurrency saat ini sedang mengalami goncangan besar. Salah satu mata uang terkuat yaitu Bitcoin mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu setelah pernah mencapai puncaknya yakni senilai $68.000 pada Juni 2021, menjadi $20.000 pada Mei 2022, dengan kerugian bulanan sebesar sebesar 40%.  Kondisi ini semakin diperburuk dengan kebangkrutan FTX, salah satu bursa cryptocurrency yang juga merupakan bursa asset digital no 3 terbesar di dunia untuk volume perdagangan. Investor mengkhawatirkan dampak bankrutnya FTX akan menimbulkan contagion effect kepada khususnya pasar Krypto. Aksi jual yang dilakukan investor, menyebabkan harga Bitcoin terus meluncur ke level $16.300 di bulan November 2022.  Hal ini tidak saja dialami oleh Bitcoin namun juga pada mata uang kripto lainnya seperti: Etherium, dogdecoin dsb.

Beberapa analis menganggap bahwa bankrutnya FTX dikhawatirkan akan menimbulkan domino effect kepada tidak saja industri Krypto namun juga pada perbankan dan pasar modal (Mc Glone, Bloomberg senior macro analyst).    Kondisi ini juga diperburuk dengan beredarnya informasi mengenai temuan Reuteurs bahwa penyebab kebangkrutan FTX adalah miss management /penyalahgunaan dana investor serta gagalnya kesepakatan akuisisi oleh Binance.  Kewajiban FTX sendiri berkisar $10-$50 billion tersebar pada 100.000 kreditur.  Hal ini tentunya dapat memicu domino effect terutama pada para investor institusi yang memiliki transaksi terkait dengan FTX.

Contagion effect pada pasar crypto sebetulnya sudah terjadi pada awal Mei 2022 dengan collapse nya algoritma stable coin Terra (Luna). Sebesar 75% dari total sirkulasi Terra diadakan dalam sistem pinjam meminjam yang disebut dengan Protokol Jangkar (anchor protocol). Pemegang Terra diberikan konpensasi bunga tetap sebesar 19.8%, tingkat suku bunga ini tentunya tidak realistis dan tidak sustainable. Adanya rumor bahwa suku bunga fixed akan diganti dengan suku bunga variable menyebabkan orang bersama-sama melakukan penjualan Terra.  Setelah runtuhnya ekosistem Terra, dampak negatifnya menyebar pada stable coin lainnya.  Tether adalah koin stabil yang pertama kali diterbitkan, dengan market share terbesar.  Nilai Tether dipatok dengan nilai USD sebesar 1:1. Setelah Terra collapse, nilai Tether juga sempat jatuh ke kisaran 94 cents.

Keberadaan perusahaan dana lindung nilai crypto seperti Three Arrows Capital (“3AC”) semakin memperburuk pasar Krypto. 3AC tidak memiliki pelanggan ritel, perusahaan ini meminjam dari banyak platform pinjaman kripto seperti Celsius dan Voyager. Perusahaan Krypto seperti Celcius maupun Voyager menyediakan layanan pinjaman dimana sebagian besar dananya didukung oleh simpanan pelanggan mereka. 3AC membuat banyak taruhan berisiko dengan uang pinjamannya. Sebagian dari uang itu diinvestasikan pada startup, tetapi ratusan juta ditanamkan pada strategi investasi berbasis crypto, termasuk $200 juta di Terra (Luna). Ketika ekosistem Terra (Luna) jatuh ke nol, 3AC menderita kerugian besar dan tidak dapat melunasi krediturnya.

Krisis likuiditas 3AC menyebar ke rekanan pemberi pinjaman mereka, perusahaan crypto, termasuk Celsius dan Voyager. Kegiatan Celcius dan voyager mirip dengan perusahaan perbankan/jasa keuangan.  Celcius menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan krypto dan menjanjikan return pasti sebesar 18.6% pertahun kepada investor retailnya.  Ketika 3AC tidak dapat membayar krediturnya, Celsius dan Voyager terdampak pula, mereka tidak memiliki cukup likuiditas untuk melayani pelanggan mereka, sehingga membuat mereka terpaksa membekukan penarikan.  Baik Voyager dan Celsius telah mengajukan kebangkrutan pada Juli 2022.  Sementara itu dana Celcius dan Voyager tidak hanya tertahan pada 3AC, namun juga masing-masing sebesar $14.3 mio dan $3 mio tertahan pada FTX. 3AC juga telah mengajukan kebangkrutan.

Meskipun demikian beberapa pengamat masih memiliki keyakinan bahwa contagion effect hanya akan terjadi pada pasar cryptocurrency.  Hal ini disebabkan karena pasar crypto masih terlalu kecil dan terlalu tertutup untuk bisa berdampak pada pasar keuangan konvensional.   Kapitalisasi pasar crypto hanya sebesar $890 milyar dibandingkan dengan pasar ekuitas AS yang mencapai $41 triliun. Risiko penularan yang serius, dianggap hanya akan terjadi pada ekosistem cryptocurrency, dan belum diketahui seberapa lama dan seberapa dalam hal ini akan terjadi. Namun perlu untuk dicermati bahwa selama 4 tahun FTX berhasil mengumpulkan dana sebesar $1,8 milyar dari modal ventura dan dana pensiun.  Hal ini merupakan salah satu cara pasar keuangan dapat terdampak.

Beberapa regulator keuangan terkesan meremehkan risiko contagion pasar Kripto ke sektor perbankan dan keuangan konvensional.  Seperti yang disampaikan oleh Penjabat Pengawas Mata Uang AS, Michael Hsu kepada Financial Times, bahwa penularan ini tidak menyebar ke sektor perbankan dan keuangan tradisional. Tidak seperti industri krypto, industri keuangan dan perbankan selama ini merupakan industri yang highly regulated. Fokus regulasi pada dunia perbankan yang dijalankan oleh bank sentral merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan memang betul-betul ditujukan untuk keselamatan, kesehatan, dan perlindungan konsumen. Dengan demikian contagion effect dianggap hanya berlaku untuk ekosistem Krypto, dan tidak pada sistem keuangan konvensional.

Jeon, Bang Nam, 2005.  Financial Links and Contagion in 1997 Asian Currency crisis: An empirical examination.  Asia Pacific Financial Markets in Comparative Perspective: Issues and Implications for the 21st Century. ISBN: 978-0-76231-258-0.

Ahmad, W., Bhanumurthy, NR and Sehgal, S. 2014. The Eurozone crisis and its contagion effect on the European stock markets. Studies in Economics and Finance, vol. 31 no. 3, ISSN: 1086-7376.

Liow, KH and Angela, SY, 2017. Return and co-movement of major public real estate markets during global financial crisis: A frequency domain approach, Journal of Property Investment & Finance, vol. 35 no. 5. ISSN: 1463-578X.

Partz, Helen, 2022. A brief history of Bitcoin crashes and bear markets: 2009–2022. https://cointelegraph.com/news/a-brief-history-of-bitcoin-crashes-and-bear-markets-2009-2022

Mike McGlone, 2022. FTX crisis likely to spark a domino effect, macro analyst explains. Investing.com, investing.com/news/cryptocurrency-news/ftx-crisis-likely-to-spark-a-domino-effect-macro-analyst-explains-2942328.

https://www.nasdaq.com/articles/the-crypto-market-is-not-immune-to-contagion-risk

https://www.cnbcindonesia.com/market/20221110151409-17-386778/krisis-ftx-akankah-bernasib-seperti-celsius-dkk/3

https://www.marketwatch.com/story/ftxs-chapter-11-bankruptcy-unlikely-to-cause-financial-market-contagion-citi-says-11668440464

<a href=”https://www.freepik.com/free-photo/man-holds-different-crypto-coins-his-hands-white_9695278.htm#query=cryptocurrency&position=11&from_view=search&track=sph”>Image by diana.grytsku</a> on Freepik