Topik board gender diversity (keragaman gender pada dewan direksi/komisaris) banyak mendapatkan perhatian di berbagai kalangan mulai dari regulator, investor, perusahaan, akademisi dan publik karena peranan perempuan pada dewan direksi/komisaris perusahaan yang terus meningkat.  Berbagai penelitian mengaitkan topik gender dengan corporate governance dan kinerja perusahaan.

Teori-teori yang menjelaskan mengenai bagaimana gender diversity mempengaruhi kinerja perusahaan, adalah teori agency, psikologi sosial, human capital serta teori resource dependence.  Teori-teori tersebut memberikan penjelasan yang berbeda-beda mengenai dampak gender diversity pada kinerja perusahaan.  Teori keagenan menyatakan bahwa dalam menjalankan pendelegasian otoritas pengambilan keputusan oleh agen dari prinsipal, mungkin saja agen mengedepankan tujuan mereka sendiri yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan prinsipal. Perbedaan tujuan akan menyebabkan konflik keagenan dan biaya agensi yang lebih terasa ketika ada asimetri informasi yang lebih besar.  Pada perusahaan publik, BOD adalah mekanisme utama yang bertanggungjawab atas pelaksanaan good governance dan aspek pengawasan. Bebeberapa penelitian menunjukkan bahwa gender diversity pada board akan memperbaiki efektivitas dari pengawasan.

Beberapa teori sosial menyatakan bahwa individu cenderung akan berbaur dengan mereka yang memiliki profil demografis, perspektif, dan nilai yang sama dengan dirinya. Teori-teori ini memprediksi bahwa individu yang memiliki status mayoritas memiliki potensi untuk memberikan pengaruh yang tidak proporsional dalam pengambilan keputusan kelompok, oleh karena itu keberagaman akan berdampak negatif pada output kelompok. Semakin heterogen sebuah kelompok justru akan akan semakin menemui kesulitan baik dalam berkomunikasi maupun berkoordinasi.

Teori human capital mengkaji peran seseorang berdasarkan kualifikasi, latar belakang pendidikan, pengalaman serta keterampilannya yang akan memperkuat kemampuan baik kognitif maupun produktif untuk kepentingan perusahaan.   Biasanya secara umum diasumsikan bahwa wanita tidak/kurang memiliki kualifikasi tersebut. Meskipun demikian beberapa riset menunjukkan hal yang sebaliknya, dimana justru wanita memiliki kualifikasi yang setara atau lebih dibandingkan dengan laki-laki.

Teori resource dependence, menggambarkan organisasi beroperasi dalam sistem terbuka dan perlu bertukar dan memperoleh sumber daya tertentu untuk bertahan hidup, dan menciptakan ketergantungan antar perusahaan.  Argumen terbanyak dari teori ini menunjukkan keragaman akan berdampak positif terhadap output kelompok.  Semakin beragam suatu kelompok (board) menyiratkan pengetahuan yang semakin baik dari kelompok tersebut tentang pasar, pelanggan, maupun karyawan.  Hal tersebut akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menembus pasar. Demikian pula, semakin beragam kelompok, semakin berbeda pandangan dan perspektif dari anggota kelompoknya, sehingga solusi alternatif yang diberikan untuk setiap masalah akan lebih kreatif dan inovatif serta mengarah pada keputusan yang lebih realistis.  Meskipun demikian beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif dari keragaman gender, karena adanya fakta bahwa perempuan mungkin memiliki lebih sedikit relasi dengan dewan lainnya dalam perusahaan.

Perkembangan penelitian mengenai gender, kemudian mencoba untuk mengaitkannya tidak hanya pada kinerja perusahaan namun kepada hal-hal yang lebih spesifik seperti pengaruh dari audit partner perempuan terhadap kualitas dari accruals; pengaruh CFO perempuan pada kemungkinan terjadinya fraud pada financial reporting, dikaitkan juga dengan jenis perusahaan apakah perusahaan pemerintah/non pemerintah.

Soepriyanto et al (2020) menguji hubungan antara kualitas akrual dengan gender dari auditor KAP di Indonesia. Secara khusus, penelitian sebelumnya memberikan bukti bahwa terdapat perbedaan berbasis gender dalam ketekunan, konservatisme dan toleransi risiko, sehingga auditor wanita dianggap dapat meningkatkan kualitas audit. Penelitian ini menggunakan model regresi multivariat untuk menguji hipotesis hubungan antara kualitas akrual (diproksi dengan abnormal akrual) dan gender mitra audit, dengan menggunakan sampel perusahaan publik Indonesia. Ukuran kualitas audit diproksikan dengan abnormal accruals. Untuk triangulasi hasil, dilakukan analisis sensitivitas menggunakan kategori high dan low untuk abnormal accruals. Selain itu, juga digunakan ukuran alternatif dari kualitas akrual (Beneish’s M score dan propensity score matching-PSM). Hasil temuan menunjukkan perusahaan dengan mitra auditor perempuan tidak terkait dengan abnormal accruals yang lebih kecil, sehingga menyiratkan bahwa auditor perempuan mungkin tidak membatasi efek pada earning management. Dengan kata lain, gender bukanlah prediktor untuk kualitas audit di Indonesia.

Sementara itu, Maulidi et al. (2022) menguji apakah female chief financial officer (CFO) berhubungan dengan terjadinya fraud pada financial reporting. Sampel penelitian terdiri dari perusahaan publik AS, untuk periode 2011 – 2021. Penulis menduga bahwa CFO perempuan memainkan peran yang lebih lemah dalam kasus terjadinya penipuan pelaporan keuangan.  Dengan demikian, perusahaan dengan jumlah CFO perempuan yang proporsional seharusnya memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk melakukan penipuan pelaporan keuangan.  Hasil studi ini menunjukkan hubungan negatif dan signifikan antara variabel dummy untuk CFO perempuan dengan terjadinya penipuan pelaporan keuangan.

Sementara itu Maulidi (2022) membedakan perusahaan menjadi perusahaan non pemerintah dan pemerintah.  Hasil penelitian menunjukkan pemimpin perusahaan perempuan dari perusahaan non pemerintah cenderung tidak terlibat dalam penipuan perusahaan. Namun, di antara perusahaan dengan latar belakang milik negara, bukti empiris menunjukkan bahwa peran pemimpin perusahaan perempuan tetap kurang terwakili di ruang rapat. Keberadaan pemimpin perusahaan perempuan tidak membawa dampak signifikan dalam meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan tata kelola.

Maulidi, Ach., Shonhadji, Nanang., Fachruzzaman., Sari, Rida Perwita, Nuswantara, Dian Anita and Rindang Widuri, 2022. Are female CFOs more ethical to the occurrences of financial reporting fraud? Theoretical and empirical evidence from cross-listed firms in the US. Journal of Financial Crime, vol. ahead-of-print no. ahead-of-print, DOI: https://doi.org/10.1108/JFC-07-2022-0170 ISSN: 1359-0790

Maulidy, Ach., 2022. Gender board diversity and corporate fraud: empirical evidence from US companies. Journal of Financial Crime, vol. ahead-of-print no. ahead-of-print, DOI: https://doi.org/10.1108/JFC-02-2022-0038 ISSN: 1359-0790

Soepriyanto, Gatot., Krisky, Pamela., Indra, Yanto and Arfian Zudana, 2020. Female audit partners and accruals quality: evidend from Indonesia., Journal of Accounting in Emerging Economies, vol 10. No.2, DOI: https://doi.org/10.1108/JAEE-03-2019-0054.

Perez, MEL., Baixauli, JS., Vera, AM and JSM Ugedo, 2014. Women on the Board and Managers’ Pay : Evidence from Spain, Journal of Business Ethics, Springer. DOI: 10.1007/s10551-014-2148-1.

<ahref=”https://www.freepik.com/free-photo/diverse-equality-gender-innovation management-concept_2833897.htm#query=gender%20diversity&position=2&from_view=search&track=sph”>Image by rawpixel.com</a> on Freepik