Tulisan ini melanjutkan diskusi di bulan lalu mengenai tip dan trik publikasi ilmiah dibidang akuntansi dan keuangan. Sekarang kita akan fokus kepada aspek “Bagaimana menjual suatu publikasi ilmiah?”. Secara spesifik kita akan menggaris bawahi peran Novelty dan Rigour of Method. Dua aspek ini ditemukan oleh Deviliers dan Dumay (2014) dalam suatu studi terhadap proses publikasi 96 artikel jurnal internasional bereputasi sebagai aspek kunci .

Novelty berarti tingkat “keterkinian”; secara sederhananya adalah apa hal baru yang disampaikan oleh artikel; yang belum ada atau masih sedikit disinggung oleh literatur saat ini. Sedangkan Rigor of Method adalah tingkat “menyeluruh-exhaustive” dalam arti metoda yang digunakan adalah mutakhir dan komprehensif yang memungkinkan penarikan kesimpulan atas hasil riset secara lebih meyakinkan. Terdapat trade off antara Novelty dan Rigor of Method dalam arti jika topik artikel adalah sesuatu yang sangat menarik dan belum atau sangat jarang diliput (High Novelty) maka editor-reviewer memberikan kelonggaran bagi standar rigor of method dan sebaliknya. Semakin tinggi reputasi jurnal maka; standar atas dua aspek ini akan semakin tinggi.

Hal ini sangat penting diketahui sebagai elemen strategi dan taktik publikasi. Seperti yang telah diuraikan bulan lalu, melakukan publikasi riset berarti “menjual” hasil olah pikir kita kepada suatu komunitas ilmiah. Untuk menjual berarti “barang tersebut” harus (i) memberikan nilai manfaat bagi komunitas (substantial novelty) dan (ii) nilai manfaat itu diyakini benar adanya (diperoleh melalui proses yang sangat meyakinkan; rigor of method). Dari pengalaman, penulis sering menemukan riset yang bermodalkan “casing”. Judul yang diberikan sangat menarik tetapi gagal dalam delivery. Pesan penting yang hendak disampaikan gagal meyakinkan reviewer karena metoda analisa yang digunakan (a) ketinggalan zaman dan/atau (b) kurang komprehensif.

Banyak juga kasus sebaliknya, metodanya canggih dan komprehensif tapi gagal menyampaikan pesan yang baru; pesan yang diberikan bahkan sebenarnya suatu pengetahuan umum, jadi buat apa riset canggih dan melelahkan. Artikel jadi mengalami anti klimaks; much ado about nothing.

Pemahaman tentang hal diatas sudah harus ditanamkan sejak mulai pengerjaan riset. Target publikasi yang jelas sangatlah kritikal karena terkait dengan perencanaan, desain dan penggunaan sumber daya yang diperlukan. Tanpa target yang jelas kita seperti berjalan tanpa arah dalam kegelapan. Tentu saja riset dengan cara seperti ini tidak dapat diharapkan bernilai sesuatu.

Manfaat lain adalah bersifat taktikal, tidak banyak individu yang memiliki privilege untuk akses data yang highly valued dan unique (misalnya hasil wawancara CEO). Data yang umum digunakan mahasiswa Akuntansi dan Keuangan adalah laporan keuangan dan pasar yang dapat diakses secara gratis. Disatu sisi hal ini suatu keunggulan; disisi lain hal ini juga berarti kompetisi yang tinggi. Dengan demikian perlu pintar-pintar mengemas cerita dan nilai tambah dari paper.

Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah adalah dengan menggunakan teknik statistik yang lebih mutakhir. Hal ini memerlukan modifikasi pada pertanyaan riset. Sebagai contoh pertanyaan bagaimana dampak arus kas terhadap capital expenditure (capex)? dapat dijawab dengan regresi OLS atau panel data yang sudah standar. Pertanyaan riset ini dapat dimodifikasi hingga lebih rigor jika diubah menjadi apakah dampak arus kas terhadap capex adalah stable atau berubah-ubah (dipengaruhi variabel yang lain-endogenous atau waktu-time varying). Teknik yang lebih canggih seperti 2 Stage least squares (2SLS) dan General Method of Moment dapat digunakan sebagai alternatif. Dapat dilihat disini dengan modifikasi pertanyaan riset bisa terlihat lebih rigor; hubungan tidak lagi dilihat dalam kerangka statis tetapi menjadi lebih kompleks dan dinamis. Modifikasi seperti ini, moga-moga dapat memberikan keunggulan bagi artikel yang sedang ditulis.