Menjadi mahasiswa program Magister dituntut untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri, memahami isu-isu terkini dan terdepan pada disiplin ilmu serta memberikan kontribusi aktif terhadap pengembangan keilmuan. Khususnya untuk poin terakhir, mahasiswa Magister diminta untuk dapat menghasilkan suatu artikel ilmiah yang memenuhi standar untuk dipublikasikan pada setidaknya jurnal nasional terakreditasi. Kewajiban ini ditegasikan oleh Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan berlaku sejak tahun 2015. Artikel tersebut dapat berasal dari karya akhir: tesis mahasiswa maupun lainnya: paper lepas atau kolaborasi

 Kebijakan ini adalah suatu langkah besar dalam pengelolaan dunia pendidikan tinggi. Membuat artikel ilmiah untuk tujuan publikasi memiliki perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan membuat tesis. Perbedaan inti adalah dalam pembuatan tesis focus adalah melaksanakan penelitian dengan prosedur dan kualitas yang baik: doing things right. Sedangkan dalam pembuatan artikel melakukan penelitian secara benar saja tidak cukup; tetapi apakah penelitian tersebut memberikan nilai tambah yang memadai bagi dunia keilmuan. Nilai tambah bagi dunia keilmuan adalah kata kunci yang harus dicamkan.

Hal ini bukan hal yang mengherankan; mempublikasikan memiliki analogi dengan “menjual”. Barang berkualitas adalah necessary condition dan it goes without saying bagi daya jual. Tapi barang dengan kualitas yang bagus juga bisa “tidak laku”; jika tidak dibutuhkan oleh pasar. Dengan publikasi ilmiah; kita menjual suatu “ide dan temuan”. Tentu saja tidak banyak (bahkan mungkin tidak ada) yang ingin mendengar suatu hasil penelitian yang menemukan bahwa bahwa porsi mobil berwarna putih dan hitam mencapai lebih dari 50% populasi mobil di Jakarta. Mayoritas dari kita dapat menebak hal ini dengan melihat ke jalan. Akan beda jika penelitian dilakukan untuk menemukan, misalnya 10% mobil dikemudikan oleh mereka yang belum memiliki SIM.

Dengan demikian langkah pertama dalam membuat artikel ilmiah, adalah mencari topik yang “menjual”. Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa salah satu nilai jual adalah memiliki dampak yang praktis. Tentu saja polisi akan memperoleh manfaat yang besar dari Penelitian tersebut yang akan berguna dalam pengaturan penerbitan SIM dan penegakan hukum. Tanyakan kepada diri anda sendiri bagi siapa manfaat insight bahwa 50% mobil itu berwarna hitam atau putih.

Jika anda ingin push the limit dan memiliki suatu artikel masterpiece, maka lakukan kajian literatur yang mendalam  mengenai suatu topik interest. Dengan menggunakan google scholar hal ini dapat dengan mudah dilakukan, focus kepada kata kunci literature review dan filter 5 tahun terakhir maka anda akan mendapatkan isu-isu apa yang sedang menjadi hot topic. Melakukan kajian terhadap topik ini dapat memberikan tempat bagi artikel anda di publikasi yang prestisius. Tentu saja jika dilakukan dengan standar yang baik.

Selanjutnya pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang selesai. Pastikan anda memiliki seluruh sumber daya yang diperlukan seperti akses data (sekunder dan/atau responden), kompetensi teknis (analisis), waktu dan sumber dana. Penelitian yang berhenti ditengah jalan tidak memiliki harga apapun didepan publikasi ilmiah. Banyak topik yang menarik dan seksi untuk diteliti; tapi jangan sampai nafsu besar tenaga kurang.

Kedepankan kualitas! Topik yang menarik akan menjadi tidak berarti jika penelitian dilakukan dengan kualitas rendah. Pay attention to details. Benyak editor jurnal akan langsung mereject artikel anda apabila ia menemukan kesalahan yang receh seperti tipografi, penggunaan istilah yang tidak tepat dan statistic deskriptif yang tidak makes sense. Kesalahan receh bagi editor adalah sinyal bahwa anda tidak serius dalam mengerjakan riset. Jika anda salah dalam memilih kata; bagaimana saya bisa percaya dengan hasil analisa (yang jelas jauh lebih rumit).

Tahan banting, sama seperti “jualan” barang. Anda tidak dapat terlalu berharap ia akan laku dalam hari pertama. Mungkin mayoritas barang tidak ada pembelinya hingga 1-2 minggu dijual. Demikian juga halnya dengan artikel, ia direject oleh publikasi mungkin bukan karena masalah kualitas. Tapi bisa jadi karena beda scope; anda mentargetkan jurnal yang salah. Jadi, jangan patah semangat, anda dapat mencoba mengirimkan setidaknya 3-4 jurnal. Jika ini tidak berhasil; maka dapat dikatakan isunya memang kualitas: (i) topik yang tidak menarik atau out of date dan (ii) pengerjaan yang ceroboh.

Last but not least, lakukan pembuatan artikel ini sebagai suatu passion. Pertanyaan yang kerap saya dapati dikalangan mahasiswa adalah what is it for me? Apakah dengan membuat artikel ilmiah yang bisa publish di jurnal bergengsi akan menjadikan saya sebagai peneliti hebat? Membuat artikel ini akan memberikan nilai apa bagi karir saya sebagai (misalnya saat ini) seorang manajer keuangan? Terus terang, jawaban bagi semua pertanyaan diatas adalah negative. Tidak ada manfaat langsung dari publikasi karya ilmiah di jurnal prestise selain kebanggaan. Namun demikian pengalaman saya serta pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas ini dapat menjadi sarana pelatihan diri untuk menjadi sosok yang push the limit, teliti, tangguh, kreatif, komprehensif dan problem solving. Semuanya adalah karakter kunci yang diperlukan dalam pengembangan karir.