Sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi; mahasiswa jenjang Magister memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi karya ilmiahnya dalam bentuk minimal artikel di jurnal terakreditasi nasional. Kebijakan ini ditempuh dalam rangka akselerasi pengembangan iklim riset di Indonesia yang masih rendah. Pada tahun 2014, Indonesia tergolong sebagai negara dengan dengan output publikasi ilmiah yang rendah. Situs Scimago (SJR) misalnya menunjukkan Indonesia memiliki rangking 50 dari 229 negara, Untuk bidang ilmu Bisnis (Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi) berada pada ranking 38; sedangkan untuk untuk wilayah ASEAN, posisi Indonesia masih berada dibawah Malaysia dan Thailand.

Meskipun dangat menantang, Kita dapat mengambil hikmah dari kebijakan tersebut sebagai momen menanamkan iklim riset kepada segenap civitas academica di Indonesia. Selama ini Perguruan Tinggi lebih berorientasi pada pengajaran, padahal sebenarnya institusi ini adalah ujung tombak pengembangan ilmu pengetahuan yang tentu saja dilakukan melalui Penelitian. Segenap insan pendidikan tinggi masih beradaptasi dan terlihat disana-sini kedodoran. Hal ini wajar dan diharapkan seiring dengan waktu civitas academica semua akan meningkatkan kompetensi penelitiannya.

Khususnya di bidang Akuntansi-Keuangan; kinerja publikasi riset dapat dikatakan meningkat sangat  signifikan. Per akhir tahun 20202, peringkat Indonesia dari SJR telah berada di posisi 8; dimana untuk wilayah ASEAN mencapai no 1. Jelas kebijakan tersebut memberikan dampak sesuai yang dikehendaki. Dari segi jumlah, capaian telah mengesankan, pekerjaan rumah selanjutnya adalah dari aspek kualitas. Disini, kualitas yang diukur dengan H Index masih berada pada ranking 44 (tidak berubah dari posisi tahun 2014).

Untuk disiplin Akuntansi Keuangan, banyak yang bisa digali untuk mencapai publikasi riset yang lebih berkualitas. Sebagai negara berkembang; Indonesia memiliki sector bisnis dan pelaku yang sangat heterogen; insight riset yang diperoleh akan memiliki implikasi kebijakan bagi negara berkembang lain dengan karakteristik sama seperti Brazil, India dan Thailand. Topik-topik riset dapat mencakup hal yang konvensional seperti isu-isu capital market (investor reaction dan asset pricing) dan peran dari financial report. Terdapat banyak topik yang muncul dan menarik perhatian besar terutama dengan terobosan teknologi dan empowered society.

Perubahan iklim misalnya telah memicu dorongan kepada korporasi untuk menerbitkan sustainability report; yang memuat kinerja beyond conventional: neraca dan laba-rugi. Dalam sustainability report perusahaan juga melaporkan kinerja pada dimensi-dimensi Environmental, Social dan Governance (ESG). Global Reporting Initiatives (GRI) adalah lembaga standard setting yang mengkaji dan mempublikasikan standar-standar pelaporan yang dibutuhkan. Pertanyaan riset yang biasa timbul adalah bagaimana dampak laporan ini terhadap standing perusahaan khususnya dimata investor.

Terobosan teknologi juga memberikan nuansa baru bagi peran akuntan. Peran Akuntan bergeser dari number cruncher, menghasilkan insight dari angka-angka menjadi katalis: merubah insight menjadi action (ACCA, 2019). Tools seperti Artificial Intelligence, machine learning dan big data sangat membantu untuk memberikan keyakinan bagi manajemen untuk mengambil keputusan. Bagaimana tools tersebut membantu manajemen merupakan suatu bidang riset yang sedang aktif saat ini. Implementasi teah dilakukan pada berbagai sector-aspek akuntansi keuangan seperti pasar saham, obligasi, credit risk dan portfolio management.

Uraian diatas menunjukkan seharusnya civitas academica tidak akan kehabisan ide mengenai topik apa yang menarik untuk diteliti. Dalam rangka kualitas; banyak institusi Pendidikan Tinggi termasuk Binus University sekarang mentargetkan civitas academica nya untuk submit ke jurnal internasional bereputasi khususnya terindeks oleh Scopus atau World of Science (WoS). Hal ini merupakan tantangan besar khususnya bagi civitas academica di Indonesia terutama ditinjau dari aspek (1) sumber data, (2) penyajian-style dan (3) metoda analisa.

Berbagai perguruan tinggi terkemuka dan korporasi memiliki luxury berupa akses kepada database vendor informasi keuangan seperti Bloomberg, Refinitive, Capital IQ dan Compustat. Fasilitas ini sangat membantu peneliti untuk mem by pass pekerjaan administrative mengumpulkan data. Manfaat dapat dilustrasikan sebagai berikut peneliti yang berminat menginvestigasi hubungan antara sejumlah variabel keuangan dari sampel misalnya 300 korporasi besar di Kawasan ASEAN kuartal 1 2010-kuartal 4 2021 tidak lagi harus mengumpulkan secara manual dari situs masing-masing; ini tentu suatu pekerjaan luar biasa. Untuk itu memiliki network dengan civitas academica di institusi Pendidikan tinggi terkemuka dan/atau korporasi merupakan suatu keunggulan.

Dari banyak diskusi dan seminar coaching publikasi internasional; saya mendapati insight bahwa para penulis dari Indonesia sering kaku dan bertele-tele dalam membuat artikel. Perlu dipahami bahwa para reviewer adalah pakar dibidangnya, tidak perlu menyampaikan sesuatu yang basic didalam artikel. Elemen story telling juga sangat kritikal, artikel adalah suatu cerita ia mengandung pesan yang diharapkan disampaikan secara efisien, efektif dan tentu saja menarik. Sustainability reporting adalah topik yang menarik sebagai disiplin, tetapi tidak akan menjamin akseptasi suatu jurnal jika paper kita tidak memiliki pembeda dari belasan mungkin bahkan puluhan submisi yang terjadi dalam waktu yang bersamaan. Ingat jurnal internasional berarti pesaing kita berasal dari seluruh dunia. Sebagai nonnative speaker, penulis Indonesia tentu saja dalam kondisi tidak menguntungkan karena artikel mungkin memiliki isu pada kualitas Bahasa Inggris. Ini sangat penting mayoritas jurnal akan mereject artikel tanpa review ketika mendapati Bahasa Inggris tidak memenuhi standar atau terdapat typos karena itu penting menggunakan proof reader profesional.

Terakhir,sejalan dengan perkembangan teknologi komputasi,  metoda analisa juga tumbuh pesat. Banyak metoda yang tergolong sophisticated – mutakhir dalam waktu 5 tahun saja akan menjadi standar sehingga memiliki daya jual yang rendah untuk publikasi. Dengan demikian sangat penting bagi peneliti untuk selalu update mengenai metoda analisa yang terkini untuk suatu topik.